Minggu, 18 April 2010

BINUN,,,,,

bimgung saya harus gimana,,,,
karena saya besok tgl. 19 apriel 2010 ada seminar aptitud di kampuz Depok dan diwajibkan hadir untuk angkatan semester akhir/yang ingin sindang S1,,,,
and bentrok sama pertandingan LIBAMA lagi,,,,
sudah gitu lagi kekurangan pemain....
jadi bingung and tidak enak sama pelatih saya yaitu BANG OPUNG,,,
"abang maafin saya ia bang,,, kali ini saya absen tidak ikut pertandingan,,,"

Minggu, 04 April 2010

Dad? by Awesome blossom

This is a true story and if you don't believe me,whatever.Well one night i was up really late at night watching stuff on youtube. all of a sudden i smell cigarette smoke coming from behind me. No one in my family smokes and i don't keep cigarettes in my room. Well when i smelled it i got a little freaked out but went about my business. I don't really know what it was but i think it was my dad who passed away in january. he used to smoke alot when i was little and i think he was trying to tell me to go to bed because it was like 2 in the morning and he never approved of me staying up late. thanx for reading.

*sumber : http://www.dark-nite.com/story/150.htm

Adjective Clause

Adjective Clause dinamakan juga RELATIVE CLAUSE yaitu Clause (anak kalimat) yang digunakan/berfungsi sebagai adjective yang menerangkan keadaan noun atau pronoun.

Contoh:
  • I have read the book (that) you just mentioned.

    Main Clause: I have read the book.
    Subordinate Clause: (that) you just mentioned.
Anak kalimat menerangkan kata benda the book, disebut dengan Adjective Clause
  • The lesson (that) she is learning is very difficult.

    Main Clause: The lesson is very difficult.
    Subordinate Clause: (that) she is learning.
Berdasarkan pada the Antecedent yang ditunjuk oleh introductory words (kata-kata pendahulunya), Adjective Clause dapat diklasifikasikan menjadi 2 macam, yaitu:

1. Relative Pronoun
  • Kata Ganti Orang

    Kata Penghubung yang digunakan adalah : Who, Whom, Whose, That

    Fungsi :

    a. Subjek:

    - He paid the money to the man who / that had done the work

    b. Objek Kata Kerja:

    - He paid the man whom/that he had hired.

    c. Objek Kata Depan:

    - He paid the man from whom he had borrowed the money.

    d. Kata Ganti Kepunyaan:

    - This is the girl whose picture you saw.
  • Benda, Binatang

    Kata Penghubung yang digunakan adalah: Which, that

    Fungsi:

    a. Subjek:

    - Here is a book which/that describes animals.

    b. Objek Kata Kerja:

    - The chair which/that he broke is being repaired.

    c. Objek Kata Depan:

    - She was wearing the coat for which she had paid $2,00.
2. Relative Adverbs

  • Waktu

    Kata Penghubung yang digunakan: when

    - This is the year when the Olympic Games are held.
  • Tempat

    Kata Penghubung yang digunakan: where

    - Here is the house where I live.
  • Alasan

    Kata Penghubung yang digunakan: when

    - Give me one good reason why you did that.
_________________________

1. Relative Pronoun

Yaitu Adjective Clause dengan memakai kata penghubung Relative Pronoun.
  • The boy is called Bob. He gave me a present.
    • The boy who gave me a present is called Bob. atau
    • The boy who is called Bob gave me a present.
Beberapa contoh Adjective Clause lainnya:
  • The boy whose radio was stolen is a student.
  • The girl whom I gave a special reward is a bright student.
  • The bike which I borrowed last week was sold.
2. Relative Adverb

Pelajaran tentang ini dibahas lebih lengkap pada Relative Clause. Hal-hal yang perlu ditambahkan di sini, yaitu:

  • Kata Why (yang menunjukkan alasan) yang menjadi Adverb penghubung, mungkin (kadang-kadang) dapat digantikan dengan that atau kadang-kadang dapat dihilangkan dalam kalimat.

    - The reason (that) I came should be obvious to you.
    - The reason (why) I came should be obvious to you.
    - The reason I came should be obvious to you.
  • When atau Where Bering dapat Baling ditukarkan dengan Preposition yang menunjukkan tempat (a preposition of Place) ditambah dengan Which.

    - The small town in which (= where) I was born has grown to a large metropolis.
    - The day on which (= when) they were to leave finally arrived.
Kadang-kadang that dapat menggantikan where atau when.
  • The day that (or when, on which) the trial was to take place was a stormy one.
  • Please suggest a good place that (or where) we can meet
Beberapa Hal Penting yang Berkaitan dengan Adjective Clause
  • Perubahan dari Adjective Clause menjadi Adjective Phrase.

    • Adjective Clause dapat dirubah menjadi Adjective Phrase yang menjelaskan noun tanpa ada perubahan arti kalimat.
    • Hanya Adjective Clause yang mempunyai subjek pronoun: who, which atau that yang dapat dirubah menjadi Adjective Phrase.
    • Adjective Clause dengan subjek: whom tidak dapat dirubah menjadi Adjective Phrase.

      Perhatikan Contoh berikut:

      a. Adjective Clause

      * The girl who is sitting next to me is Lisa.
      ==> The boy is playing the piano is Bent.

      b. Adjective Phrase

      * The girl sitting next to me is Lisa.
      ==> The boy playing the piano is Bent.
  • Cara mengubah Adjective Clause menjadi Adjective Phrase.

    (1) Subjek pronoun dan verb be dihilangkan.

    * Adjective Clause: The man who is talking to Taylor is from Japan.
    * Adjective Phrase: The man talking to Taylor is from Japan.

    * Adjective Clause: The ideas which are presented in that book are interesting.
    * Adjective Phrase: The ideas presented in that book are interesting.

    * Adjective Clause: Ali is the man who is responsible for preparing the budget.
    * Adjective Phrase: Ali is the man responsible for preparing the budget.

    * Adjective Clause: The books that are on the shelf are mine.
    * Adjective Phrase: The books on the shelf are mine.

    (2) Jika tidak ada verb be dalam Adjective Clause, seringkali subjek pronoun dapat dihilangkan dan mengubah kata kerja dalam Clause itu menjadi bentuk -ing.

    * Adjective Clause: English has an alphabet that consists of 26 letters.
    * Adjective Phrase: English has an alphabet consisting of 26 letters.

    * Adjective Clause: Anyone who wants to come with us is welcome.
    * Adjective Phrase: Anyone wanting to come with us is welcome.
  • Seringkali Adjective Clause digunakan dalam pola: noun + of which. Pola ini terutama digunakan untuk tulisan bahasa Inggris resmi (formal written English). Dalam pola ini biasanya Adjective Clause menerangkan "sesuatu".

    * We have an antique table. The top of it has jade inlay.
    • We have an antique table, the top of which has jade inlay.
    • We toured a 300-year-old house. The exterior of the house consisted of logs cemented with clay.
    • We toured a 300-year-old house, the exterior of which consisted of logs cemented with lay.
  • Adjective Clause sering digunakan untuk mengungkapkan kuantitas dengan of. Ungkapan kuantitas mendahului pronoun, dan hanya whom, which, dan whose yang digunakan dalam pola ini.

    Ungkapan kuantitas dengan "of" antara lain: some of, none of, both of, one of, many of, two of, all of, each of, most of, dll.

    * There are 20 students in my class. Most of them are from the Outside Java.
    --> There are 20 students in my class, most of whom are from the Outside Java.

    * He gave several reasons. Only a few of them were valid.
    --> He gave several reasons, only a few of which were valid.
  • Tanda Baca pada Adjective Clauses

    Pedoman umum dalam Tanda Baca pada Adjective Clauses yaitu:

    • Jangan menggunakan tanda koma bila Adjective Clause diperlukan untuk mengidentifikasi noun yang dijelaskan olehnya.
    • Gunakanlah tanda koma bila Adjective Clause hanya berfungsi untuk memberi informasi tambahan dan tidak dimaksudkan untuk mengidentifikasi noun yang dijelaskan olehnya.
      • Henry whose wife works at a bank came to my house yesterday.
      • Alex, whose wife works at a bank, came to my house yesterday.

    Keterangan:

    Contoh pertama menggambarkan bahwa Henry memiliki lebih dari 1 istri. Pada kalimat tersebut pembicara ingin mengindentifikasikan istrinya yang bekerja di Bank, bukan yang lainnya.

    Sedangkan pada kalimat kedua, kita sudah jelas, kalau Alex memiliki hanya 1 orang istri. Frase yang berada di antara koma hanya memberikan keterangan tambahan saja. Tanpa frase tersebut pun orang lain sudah mengetahuinya kalau istrinya Alex memang bekerja di sebuah Bank karena memang istrinya cuma 1 itu.

    Perhatikan contoh berikut ini untuk lebih jelasnya dalam penggunaan tanda koma dalam Adjective Clause.

    • Soekarno, who is the first President of Republic of Indonesia, could deliver speech well.
Perbedaan antara Adjective Clause dan Noun Clause

Karena adanya kesamaan dalam beberapa kata pendahulunya, maka kadang-kadang antara Noun Clause dan Adjective Clause sering membingungkan.

Ada 2 macam perbedaan yang penting antara dua jenis Clause tersebut: perhatikan contoh berikut ini:

  • Adjective Clause biasanya didahului oleh noun atau pronoun yang diterangkan.

    Adjective Clause

    • I know the house where he lives.
    (where he lives mempunyai antecedent the house, yang merupakan objek dari kata know)

    Noun Clause

    • I know where he lives.
    (where he lives adalah objek dari kata know)

Preposisi yang mendahului introductory word adalah milik Adjective Clause dan bukan milik Noun Clause.

Adjective Clause

  • The woman to whom he has been giving money is a poor relative of his.
(Adjective Clause dimulai dengan to yang merupakan bentuk a prepositional phrase dengan whom dalam Adjective Clause itu. Dan To dapat diletakkan di bagian belakang Adjective Clause. The woman, whom he has been giving money to, is a poor relative of his).

Noun Clause

  • He gives money to whoever needs it.
(The Noun Clause dimulai dengan whoever, seluruh Noun Clause itu adalah objek dari to, yang tidak dapat dipindah letaknya. Dan juga -ever- merupakan bentuk yang hanya bergandeng (mengikuti) dengan Noun Clause.

*sumber : http://ismailmidi.com/berita-87-adjective-clause.html

Jumat, 02 April 2010

Perbedaan Non Clouse and Adjective Clause

Baik noun clause maupun adjective clause dua-duanya memiliki pola:

relative pronoun + subject + verb + …

Relative pronoun yang digunakan dalam noun clause antara lain:

  • that,
  • kata tanya (i.e: which , who, whom, where, when, what, when, why, what, how)
  • kata tanya + adjective/noun/determiner (i.e. how old, what kind, how many, whose + noun, dst).
  • conjunctions (i.e. whether, if, dst)

Relative pronoun yang digunakan dalam adjective clause (atau relative clause) jumlahnya lebih sedikit, antara lain:

  • that, which, who, whom, where, when, whose + noun.

Contoh:

  • what she is reading
  • that she is reading
  • what you did last summer
  • that you did last summer

Nah sekarang, bagaimana kita membedakan bahwa clause tersebut noun clause dan adjective clause?

1. Fungsi. Noun clause adalah clause (klausa) yang difungsikan sebagai noun. Seperti halnya single noun (i.e. book, person, dst), noun phrase (i.e. this book, the one, dst), noun clause juga dapat digunakan sebagai subject kalimat dan object kalimat.

Sebaliknya, adjective clause adalah klausa yang digunakan sebagai adjective. Sebagai adjective, adjective clause digunakan sebagai modifier yaitu untuk menerangkan noun dan pronoun, tetapi tidak pernah digunakan sebagai object kalimat.

Contoh:


Subject verb object modifier Ket.
1 I like what she is reading
noun clause

I like the book that she is reading adjective clause
2 She doesn’t know whom she loves more
noun clause

She doesn’t know the one whom she loves more adjective clause
3 I still remember what you did last summer
noun clause

I still remember the killing that you did last summer adjective clause

Sedangkan pada tabel berikut adalah jika noun clause ditempatkan sebagai subject, dan jika adjective clause menerangkan noun yang posisinya sebagai subject kalimat.


Subject modifier verb modifier Ket.
1 What she is reading - is
very interesting noun clause

The book that she is reading is very interesting adjective clause
2 Whom she loves more - will be happy noun clause

The one whom she loves more will be happy
adjective clause
3 What you did last summer - will never be forgotten
noun clause

The killing that you did last summer will never be forgotten
adjective clause

2. Noun clause menjawab pertanyaan what (apa) dan who/whom.

Ketiga pasang contoh kalimat pada tabel 1 menggunakan noun clause yang berturut-turut menjawab pertanyaan:

  • apa yang I suka,?
  • apa yang she tidak tahu?
  • apa yang I masih ingat?

sedangkan adjective clause-nya berfungsi sebagai modifier yang berturut-turut menerangkan the book, the one, the killing.

Pada tabel 2, noun clause-nya menjawab pertanyaan:

  • what is interesting?
  • who will be happy?
  • what will never be forgotten?

Di lain pihak, adjective clause menjawab pertanyaan which one:

  • Buku yang mana?
  • Orang yang mana?
  • Pembunuhan yang mana?

3. Pronoun it dapat digunakan untuk menggantikan noun clause, tetapi tidak dapat digunakan untuk menggantikan adjective clause.

  • I like it. CORRECT. It di kalimat ini (Tabel 1 no 1) menggantikan “what she is reading”.
  • I like the book it. INCORRECT jika it digunakan untuk menggantikan “that she is reading”.
  • I still remember it.CORRECT. It di kalimat ini (Tabel 1 no 3) menggantikan “what you did last summer”.
  • I still remember the killing it. INCORRECT jika digunakan it untuk menggantikan “that you did last summer”.

Selain it, subject pronoun dan object pronoun juga dapat digunakan untuk menggantikan noun clause. Hal inti tentu saja tergantung dari kanteks kalimatnya. Sebaliknya, pronoun ini tidak dapat menggantikan adjective clause.

  • Andini doesn’t know whom they are.
  • Andini doesn’t know them.
  • I still remember Mr. Dadang who first taught me English. Di kalimat ini, him tidak dapat menggantikan adjective clause “who first taught me English“.

4. Arti (terjemahan) untuk relative pronoun that pada noun clause adalah bahwa, sedangkan arti untuk relative pronoun yang lainnya adalah sama seperti ketika digunakan dalam kalimat tanya (i.e. what = apa, when = kapan, where = dimana, dst).

Sebaliknya, semua relative pronoun dalam adjective clause umumnya diterjemahkan menjadi: yang.

Contoh tambahan:

Note: Kata-kata di dalam [...] adalah noun clause, sedangkan dalam (…) adalah adjective clause.

  1. [That the planet Earth is round] is well known. (Bahwa planet Bumi bundar adalah diketahui hampir semua orang). Noun clause.
  2. It is well known [that the planet Earth is round]. (Diketahui oleh hampir semua orang bahwa planet Bumi itu bundar). Noun clause.
  3. They always work hard to accomplish [what they want]. (Mereka selalu kerja keras untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan). Noun clause.
  4. Have I told you lately [that I love you]? Noun clause.
  5. We live [where people care each other]. Noun clause.
  6. I need the book [that you borrowed from me last week]. (Aku butuh buku yang kamu pinjam dari aku minggu lalu). Adjective clause.
  7. I need [what you borrowed from me last week]. Noun clause.
  8. I don’t know [[how I should tell her] [that I love her]]. “How I should tell her that I love her” adalah noun clause yang mengandung noun clause “that I love her”.
  9. Maria {whose cellphone got stolen last week] just bought a new cellphone last night. (Maria yang HP-nya dicuri minggu lalu baru saja membeli HP baru tadi malam). Adjective clause.
  10. SBY, (the president of Indonesia right now), stated [that we had to get together to achieve our goals]. (…)= adjective clause; [...] = noun clause.

5. Karena adjective clause menerangkan noun, maka noun yang diterangkannya selalu ada di depan adjective clause tersebut. Jika nounnya dihilangkan, clause tersebut menjadi noun clause.

  • I still remember the day when we first met.

“the day” adalah noun yang diterangkan oleh adjective clause “when we first met”. Jika “the day” dihilangkan, maka clause ini berubah menjadi noun clause.

  • I still remember when we first met.

Inilah 5 cara yang paling mendasar dalam membedakan noun clause dan adjective clause. Penjelasan yang lebih detail tentang noun clause dapat dibaca di topik: Noun clauses dan Conjunctions dan penggunaannya. Sedangkan untuk penjelasan tentang adjective clause, please stay tuned!

Dan jika masih bingung tentang perbedaan kedua clause ini, don’t hesitate to leave further questions.

Horor, Fiksi, atau Fakta?

PADA tahun 1950-an, Riyono Pratikto dikenal sebagai cerpenis yang produktif dengan cerita seramnya. Apabila Pramoedya mengatakan Riyono mempunyai tempat tersendiri, mungkin karena pada waktu itu jarang sekali pengarang spesialis cerita seram. Maraknya majalah dan tabloid seperti Kisah, Roman, Zenith, Gema, Gema Suasana, Indonesia, Gaya, Siasat, Spektra, Merdeka, Mimbar Indonesia, dan sebagainya, tentu saja menjadi bagian penting dari produktifitas Riyono. Seperti yang pernah ditulis oleh Sobron Aidit, dalam Sejumput Kenangan (Cerita dari Tanah Pengasingan), pada suatu pertemuan antara pengarang di massa itu di antaranya Ajip Rosidi, Trisnoyuwono dan Syumanjaya, tiba-tiba Riyono pamitan karena ia harus menyelesaikan cerita pendeknya. Tentu saja Sobron mencegahnya, mungkin obrolan itu akan terasa “kurang” tanpa kehadiran Riyono. Dan kemudian Riyono menyelesaikan cerita pendeknya yang sudah ditunggu oleh sebuah majalah itu di kamar Ajip, dengan sebuah mesin tik tua.

“Dan sedapnya, dia sering lupa sudah nomor berapa yang harus disambungnya pada majalah Roman atau Prosa, atau yang lainnya!” tulis Sobron dalam Sejemput Kenangan.

Buku kumpulan cerpen terbaru Riyono Pratikto, Si Rangka (Pustaka Jaya, 2002), sempat diperbincangkan dalam sebuah diskusi di Panglawungan Girimukti, awal bulan Nopember 2002. Suasana diskusi yang dimoderatori Benny R. Budiman itu sempat “mencekam”. Mungkin masalah yang dibicarakan lain dari biasanya; seputar hantu, horor dan makhluk halus.

Cerpen-cerpen Riyono Pratikto dalam Si Rangka, seperti yang disampaikan Acep Iwan Saidi, boleh dikatakan menakutkan, misterius, horor. Acep berpendapat, diperlukan keberanian tersendiri jika kita mau membaca Si Rangka pada malam hari menjelang tidur. Lantas, apa yang menakutkan dalam cerpen-cerpen itu?

Sebelum mengupas Si Rangka, Acep yang menjadi pembicara pada diskusi itu, terlebih dahulu memberikan pengertian tentang horor itu sendiri. Menurutnya, peristiwa-peritiwa horor hanya terjadi dalam cerita, tidak dalam realitas. Cerita-cerita horor seperti itu kemudian membuat sebuah struktur mitos yang dapat menimbulkan kepercayaan sebagian masyarakat terhadap adanya hantu, mahluk halus, mayat hidup, atau apa saja sebutannya.

Namun dalam analisis Acep, cerita horor dalam cerpen-cerpen Riyono bukan semata-mata cerita yang menakutkan, mengerikan, tetapi ada jejak yang masih dapat kita telusuri darimana peristiwa itu berasal. Peristiwa horor yang diangkat oleh pengarang bukan berarti tanpa sejarah, bahkan merupakan representasi dari realitas.

Acep mencoba membidik peristiwa horor dalam cerpen Riyono dari kacamata logika. Mengasyikan memang, menggali kisah misterius dengan pendekatan realitas, dan Acep cukup berhasil menganalisisnya. Misalnya, ketika tokoh Suriah dalam cerpen Si Rangka sering mendengar suara biola pada malam hari yang berasal dari balik tembok kamar kerja suaminya, Acep menilai bahwa suara biola itu merupakan penkonkritan dari kesepian dan penderitaan tokoh Suriah. Kegelisahan Suriah yang dilatar-belakangi oleh sikap “acuh” suaminya, direalitaskan oleh pengarang menjadi hal-hal yang menakutkan; suara biola, rintihan kesakitan, bahkan dengan munculnya tokoh misterius seperti Naryo. Singkatnya, kejadian-kejadian seram dalam cerpen-cerpen Riyono muncul dari dalam diri manusia itu sendiri; dari perasaan takut, kecewa, tertekan, ambisi yang berlebihan, dan lain-lain. Walaupun pada beberapa cerpen Riyono, menurut Acep, fokus pengisahan sering puyar akibat terlalu berlama-lama bermain di fungsi katalisator.

Pendapat seperti itu, tentu saja bukan satu-satunya pemahaman. Pada sesi perbincangan selanjutnya, banyak tanggapan dari peserta diskusi terhadap analisis Acep tersebut. Umumnya, pendapat para peserta diskusi berkisar seputar pernyataan apakah munculnya kejadian seram tersebut bersifat sugestif atau sebagai metafor. Menurut Hawe Setiawan, ada juga kecenderungan cerpen-cerpen Riyono dilatar-belakangi oleh perjalanan hidup pengarang yang pernah mengalami kejadian tragis. Pengarang yang dipecat dari pekerjaannya karena diisukan menjadi anggota Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat) itu, sejak kecil hidupnya penuh dengan misteri. Ayahnya, Komisaris Pratignjo Wirjoatmodjo, Kepala Polisi Ambarawa dan Salatiga, diculik pada tahun 1945 oleh sekelompok pemuda tak dikenal dan sampai saat ini tidak diketahui bagaimana nasibnya.

Seperti yang ditulis koran Republika pada 5 Agustus 2001, cerpen-cerpen yang ditulis Riyono mungkin juga dipengaruhi oleh pengalamannya ketika menyaksikan pertempuran di Semarang. Peristiwa yang kemudian dikenal Pertempuran Lima Hari itu memberinya pengalaman yang sangat mendalam. Mayat-mayat korban pertempuran yang bertumpuk di dekat gubernuran terus melekat dalam ingatannya.

***

MITOS tentang adanya mahluk halus dan sejenisnya masih menyisakan perdebatan sampai saat ini dan pada akhirnya berujung pada kepercayaan seseorang. Mungkin juga kisah hantu ini menjadi fenemona yang menarik untuk diteliti. Di Amerika misalnya, para ghost hunter (pemburu hantu) berusaha untuk melakukan pembuktian tentang makhluk halus dengan menggunakan peralatan canggih. Dan bagi mereka yang suka berselancar di dunia maya, “unak-anik” hantu dapat ditemukan di situs ghostweb.com atau hauntedhouse.com.

Namun situs skeptic.com berbicara lain. Kepercayaan orang-orang terhadap mahkluk halus dan sejenisnya, lebih cenderung dikarenakan kekeliruan dalam proses berpikir. Seperti yang ditulis Michael Shermer, pendiri dan penerbit Majalah Sceptic dalam bukunya Why People Believe Wierd Things yang kemudian dikutip majalah Intisari, kekeliruan itu berasal dari proses berpikir ilmiah semu, masalah logika, dan masalah kejiwaan.

Dalam beberapa cerita seram, hantu direlitaskan menjadi sosok yang menakutkan, dengan muka yang sangat mengerikan. Pembaca, pendengar atau penonton dalam kisah horor tersebut, dapat mengindentifikasi bentuk hantu itu sendiri, misalnya dengan gigi-giginya yang runcing, berjalan tanpa menginjak tanah, mukanya berlumuran darah, dan sebagainya. Ada kecenderungan bahwa cerita seperti itu dibuat hanya untuk menakut-nakuti, tanpa ada alasan yang jelas mengapa bentuk hantu digambarkan seperti itu. Cukup sulit untuk dibuktikan secara empiris.

Dalam cerpen-cerpen Riyono, kita mendapatkan sisi lain dari kisah supranatural; sebuah rangkaian ketegangan yang diracik sedemikian rupa, sehingga - meminjam pendapat H.B. Jassin - menimbulkan perasaan ngeri sampai akhir cerita. Pengarang tidak menampilkan sosok hantu yang perlu ditakuti dalam cerpen-cerpennya, tetapi alur cerita yang dipenuhi ketegangan itu terkadang membikin berdiri bulu kuduk, apalagi pengarang menuntaskannya dengan ending yang tragis.

Si Rangka memuat 12 cerita pendek yang dibuat pada 1951-1956. Berbagai persoalan hidup diangkat oleh pengarang; wanita yang kesepian dan menderita akibat tekanan batin (Si Rangka), kekecewaan suami ketika istrinya keguguran (Kepanjangannya), kegelisahan sang pelukis ketika mendengar cerita sadis (Pada Sebuah Lukisan); obsesi yang berlebihan (Batu Alam), dan sebagainya. Masalah-masalah seperti itu, diungkap oleh pengarang pada atmosfir horor dan diakhiri dengan peristiwa mengerikan; matinya tokoh Suriah (Si Rangka), anjing berubah menjadi gadis cantik (Kepanjangannya), pelukis diterkam macan (Pada Sebuah Lukisan), membunuh anak sendiri (Pembalasan Pada Manusia), dan sebagainya.

Hantu - dalam ilustrasi pengarang - hanya dimunculkan melalui ilusi tokoh-tokohnya, yang menurut Acep berawal dari kegelisahan, ketakutan dan tekanan batin. Misalnya, ketika sang istri dalam cerpen Pembalasan Pada Manusia menempati rumah dekat pekuburan, ia kemudian bermimpi mayat dalam kuburan itu bangkit kembali dan berkata ingin membunuh manusia. Kegelisahan sang istri menjadi kenyataan, tatkala sang suami menemukan sepotong gigi manusia dari buah singkong yang ditanam di atas pekuburan itu. Dan pada akhirnya, sang suami - dalam pandangan sang istri dan tetangganya - berubah menjadi mahluk mengerikan dan kemudian membunuh anaknya sendiri. Demikian juga pada cerpen Tawanan yang Lari, seorang tawanan selama beberapa hari dilanda rasa takut ketika tangan kirinya tidak bisa dilepaskan dengan tangan polisi yang sudah terpotong. Tangan polisi itu mengikutinya ke mana ia pergi, membusuk, dan menimbulkan kengerian yang mendalam. Akhirnya si tawanan mati ditembak patroli tentara.

Dengan kepiawaiannya dalam menggunakan bahasa, terkadang Riyono memunculkan humor dibalik keseraman itu. Pada cerpen Tiga Benua misalnya, ketegangan dimulai dari “kekeliruan”, dan ini membuat kita sedikit tersenyum. Sebuah keluarga merasa terganggu ketika rumahnya sering dimasuki pencuri. Untuk mencegahnya, seorang kenalan keluarga itu berniat menempatkan empat jin di setiap penjuru rumah. Saran yang tidak logis itu akhirnya diterima juga, dengan catatan semua jin harus laki-laki. Tetapi si kenalan melakukan sebuah kesalahan, ia malah menempatkan seorang jin wanita di antara empat jin itu. Perseteruan di antara tiga jin laki-laki tidak dapat dihindarkan lagi untuk memperebutkan jin wanita. Dua di antaranya mati setelah berbulan-bulan mengadakan duel. Sepasang jin yang masih hidup kemudian kawin dan mempunyai anak. Terjadilah perebutan kekuasaan antara jin dan manusia. Namun diam-diam, tumbuhan bunga yang ditanam oleh pemilik rumah mempunyai niat yang sama. Dan akhirnya, kompetisi antara manusia, jin dan tumbuhan itu dimenangkan oleh tumbuhan bunga.

Bagaikan menyaksikan seseorang yang tengah mendaki gunung, menghadapi berbagai rintangan, namun ketika sampai di puncak ia malah terperosok ke jurang yang dalam. Itulah cerpen-cerpen Riyono. Ketika tokoh-tokoh dalam Si Rangka terjerat dalam ketakutan, kesedihan, kekhawatiran, kegelisahan, serta gejolak batin lainnya, dan kemudian terlena dengan perasaannya itu, mereka tidak dapat berpikir secara logis dan perbuatannya kemudian menjadi di luar kontrol. Kegundahan ini diilustrasikan oleh pengarang menjadi sesuatu yang menyeramkan. Adapun pilihan ending yang tragis, menurut saya merupakan “konsekwensi” dari perbuatan sang tokoh dalam menyikapi gejolak batinnya. Sehingga apabila kita meminjam kembali pendapat Michael Shermer, munculnya kejadian seram dalam cerpen Riyono lebih didominasi oleh masalah kejiwaan.

Apakah kisah seram dalam Si Rangka merupakan bagian dari mitos yang berkembang di masyarakat? Jelasnya, Si Rangka adalah karya fiksi yang dengan imajinasi sang pengarang dapat dibuat sedemikian rupa. Namun, kalau kita mencermati tinjauan Ignas Kleden tentang fakta dan fiksi (Jurnal Kebudayaan Kalam Edisi 11, 1998), mungkin saja kita sedikit bingung untuk menentukan batasan fakta dan fiksi tersebut. Sehingga, setelah membaca cerpen-cerpen Riyono, muncullah pertanyaan : mungkinkah hantu dan makhluk halus itu menjadi bagian realiatas kehidupan kita?